Alhamdulillaah. Follower bertambah, jadi semangat lagi untuk menulis. Beberapa hari terakhir saya sempat down. Salah satu sebab terbesarnya karena pandemi covid-19. Teman kerja banyak yang kena PHK. Gaji saya dikurangi juga. Hilang semangat hidup. Hilang semangat menulis.

“Buat apa menulis? Sekedar mengungkapkan pikiran, tak menghasilkan rupiah! Upload video di Youtube dan Instagram juga belum bisa nambah menghasilan” begitu gejolak batin saya.
Covid-19 memang ujian yang sangat berat dan dampaknya benar benar hebat. Bukan hanya materi, tapi juga menghantam sisi psikis manusia. Saya sendiri yang merasakan hantamannya begitu keras.
Dihantui perasaan takut mati. Dikucilkan oleh masyarakat. Organ tubuh dalam menjadi rusak. Harus minum obat pernapasan secara teratur, dan masih banyak lagi dampak yang saya rasakan.
Untungnya Yang Maha Kuasa masih menyayangi saya yang sering melupakan-Nya. Saya masih diberi kekuatan. Imun masih kuat walau organ dalam ada yang terpapar. Dunia digital juga cukup membatu pertahanan dan aliran denyut kehidupan masyarakat.

Saat kelesuan sedang mendera kehidupan, tiba tiba ada notifikasi yang memberitahukan bahwa pembaca saya bertambah. Semangat menulis jadi muncul kembali.
Memang secara materi, aktifitas ini belum bisa menambah income. Tapi saya ingat lagi tujuan awal jadi penulis blog, yaitu berbagi manfaat. Ada manfaat yang saya raih di luar materi, yaitu kepuasan batin.
John C. Maxwell pernah mengatakan bahwa pemikiran adalah pengaruh. Saya setuju. Isi pikiran ini adalah hasil pengaruh dari berbagai pemikiran. Begitu juga, hasil reaksi fusi —-seperti dalam dunia nuklir—- pikiran ini juga secara hukum kekekalan energi, mau tak mau pasti keluar dari dalam isi kepala. Salah satunya lewat blog.
Bahagia sekali jika pemikiran pemikiran saya bermanfaat dan diaplikasikan oleh orang lain. Kemudian diadopsi lagi oleh yang lainnya. Seterusnya seperti itu. Maka ada perubahan kecil terjadi dalam masyarakat. Meskipun tidak masif, tetap ada makna yang tersampaikan.
Seperti kata Andrea Hirata dalam salah satu perbincangan dengan para penggemarnya, beliau mengatakan bahwa menulis itu mesti ikhlas dahulu. Jangan diniatkan untuk hal lain, misalnya demi meraih popularitas.

Berbeda lagi dengan kutipan ‘goblok’ dari Bob Sadino. Beliau berjualan itu nyari rugi. Kalau malah untung, bersyukurnya jadi dua kali lipat.
Isi redaksinya berbeda. Tapi inti maknanya sama. Berbuat kebaikan itu mesti ikhlas dulu. Jangan berharap muluk muluk supaya tidak kecewa. Berusaha semaksimal mungkin walau hasilnya belum juga terlihat.
Ingat lagi kata kata ajaib ini, “Keajaiban itu akan datang kepada mereka yang berupaya tanpa lelah, tak pernah menyerah”. Itu benar! Yang Maha Kuasa tidak pernah salah dalam menentukan jalan hidup kita. Kalau sudah berupaya maksimal, tinggal berpikir yang baik kepada-Nya.
Itulah yang saya rasakan. Bukan menyontek dari ceramahnya ustadz di Youtube. Jalani semua dengan benar. Sepahit apapun jalan kehidupan, hadapi dengan bersih. Jangan lakukan permainan yang kotor. Karena itu akan kembali kepada tangan yang berbuat. Berbuat licik akan menuai api. Berbuat baik akan menuai madu.
Panjang amat ceramahnya. Ustadz juga bukan. Sekali lagi saya ingatkan. Hanya berbagi pemikiran. Agar jangan menyerah menyebar manfaat lewat tulisan. Semoga bermanfaat.