Bahaya Isu ALFATEKA

Assalamualaikum wr. wr.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Di awal Oktober 2018 ini menyebar dengan amat cepat di jagad maya isu pelafalan surat pertama dalam kitab Suci Al-Qur’an yaitu surat Al-Fatihah. Jadi ramai diperbincangkan warganet akibat pengucapannya yang kurang tepat, ‘Alpateka’ oleh Presiden Jokowi di hari Kamis 12 Oktober lalu.

Sungguh kebetulan, di hari yang sama tetapi malamnya, Kamis malam Jumat, di tempat saya bekerja sedang diadakan ‘Yasinan’ rutin setiap malam Jumat. Sang ‘sesepuh’ kami juga mengajak jamaah dengan lafal yang kurang tepat, ‘Al-fatiKHah’. Sengaja saya tebalkan hurufnya.

Sebenarnya telinga ini merasa kurang nyaman dengan bunyi ‘..KHah’ yang seharusnya adalah ‘…Al-fatiHah’. Tapi sebagai orang yang beretika nurani saya menahan diri untuk memprotes atas kesalahan lafal tadi.

Sesepuh saya tersebut memang benar sepuh adanya. Usia beliau 50 tahun lebih. Beliau asli kelahiran Jogjakarta. Lidah beliau dan orang-orang dari etnis Jawa Tengah-Jawa Timur memang begitu. Sering tertukar antara bunyi huruf Hijaiyah ‘kha’, ‘cha’, dan ‘ha’.

Sama halnya dengan kesulitan orang Sunda melafalkan huruf ‘f’, ‘gh’, ‘sy’, ‘v’. Kata ‘fitnah’ sering salah pelafalan jadi ‘pitnah’. ‘Ghufron’ salah pelafalan jadi ‘gupron’. ‘Syanti’ jadi ‘santi’, ‘tv’ dilafalkan ‘tp’.

Saya pribadi menikmati hal ini sebagai keunikan budaya etnis kelahiran saya. Keunikan inilah harta kekayaan budaya bangsa Indonesia. Sekilas memang lucu. Tapi tak sedikit orang yang merasa terlecehkan jika hal tersebut dijadikan bahan guyonan.

Isu ini bisa menjurus kepada sentimen etnis. Bisa juga dimanipulasi dengan alasan penghinaan verbal. Di luar sana banyak orang yang lidahnya seperti Pak Presiden Jokowi merasa terlecehkan akibat kesulitan kolektif melafalkan ‘kha’.

Hentikan budaya menghina kelemahan etnis lain karena akibatnya berbahaya. Persatuan bangsa bisa jadi terganggu oleh hal yang tak terlalu penting.

Start Up Pengentas Kemiskinan

Saat ini dunia tercengang dengan banyaknya kemunculan orang-orang cerdas, sukses bahkan kaya raya di usia muda. Anda pasti lebih tahu siapa saja mereka. Ok, saya sebutkan beberapa. Ada Mark Zuckerberg CEO Facebook, Jack Dorsey pendiri Twitter. Di Indonesia ada William Tanoewijaya pendiri Tokopedia, M. Zaky pemilik Bukalapak dan banyak lagi yang lainnya.

Namun saya tiba-tiba penasaran dengan pertanyaan sederhana tapi penting. “Di antara banyaknya orang muda yang hebat-hebat itu adakah yang berinovasi untuk membangun perusahaan atau start-up di bidang pengentasan kemiskinan?”

Anda berkomentar miring? Silahkan. Okelah. Mungkin saya kurang ‘update’ makanya melontarkan pertanyaan aneh.

Isu kemiskinan sering dilontarkan oleh masyarakat di setiap pemilu presiden dan di seluruh dunia. Banyak nobel yang telah diberikan Yayasan Alfred Nobel untuk tokoh pengentasan kemiskinan. Tapi mana hasilnya? Tak ‘greget’.

Kenapa tidak diatasi oleh generasi terkini yang pada jenius, brilian, expansif bahkan gesit menangkap peluang bisnis?

Tapi kenapa tak segesit mengatasi isu kemiskinan?

Sekalian saja mereka bekerja sama berkolaborasi membangun sistem pengentasan kemiskinan secara lintas negara.

Saya yakin pasti BISA karena mereka adalah orang-orang hebat yang tak mengenal kata ‘tidak mungkin’. Sesulit apapun tantangannya selalu bisa mereka atasi dengan gemilang.

Apa yang akan terjadi setelah terbitnya ide receh ini?

Saya tunggu lima tahun dari sekarang.

Salam SUKSES!

Nikmatnya Kebersamaan

Menikmati kebersamaan tak harus dengan kemewahan. Sekedar berkumpul dengan tetangga juga ok. Yang penting adalah suasana kekeluargaan. Orang bijak mengatakan ‘Tetangga yang dekat lebih berharga daripada keluarga yang jauh’.

Di saat-saat seperti inilah timbul kehangatan sebenarnya. Meski sederhana tapi maknanya takkan terbeli dengan uang. Materi banyak takkan ada artinya jika kehidupan sosial kita hampa. Orang terdekatlah jawabannnya.

Ini bukan sedang taruhan bola. Tapi patungan buat ‘ngeliwet’.

Foto-foto di atas diambil di awal bulan November 2016 jam 21:00. Ada acara pertandingan sepak bola Liga Inggris, Sunderland vs Bornmouth. Sekilas seperti sedang taruhan bola. Padahal patungan buat acara ‘ngeliwet’ yang biasa dilakukan di sana saat kumpul bareng pemuda RT 005 RW 0004 Pekayon Cibubur Jakarta Timur.

Ketua RT kompak berbaur dengan pemuda akamsi (anak kampung sini). Sambil menonton acara Liga Inggris, ngeliwet yuk. Asik lho!

Ini cerita saya. Mana cerita Anda?